Jumat, 28 Mei 2021

Benarkah Mayit disiksa karena tangisan keluarganya?

 Tafakur Jumat


Yu'adzdzibu lmayyitu bi bukaa'i ahlihi 'alaihi

Disiksa mayit karena tangis keluarganya atasnya.

(Riwayat Umar bin Khattab)

Disebutkan di shahih Bukhori, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Imam Ahmad, Nasai, Ibnu Majah).


Hadits ini tidak apa adanya. Bersyarat.


Yaitu ketika si mayit menyuruh keluarganya menangisinya ketika mati.

Atau si mayit tidak pernah mengajarkan ikhlash pada keluarganya terkait taqdir maut.

( tawashow bi shshobr)


Jika keduanya tidak ditemukan pada si mayit,

in syaa Alloh tidak terkena siksa.

Meski keluarganya menangisinya.


Ayat 29 AdDukhan menyebutkan. 

Langit bumi tidak menangisi matinya Fir'aun.

Mafhum mukholafahnya, pemahaman sebaliknya, 

langit bumi menangisi mautnya orang shaleh, pengikut setia Musa atau Para RosulNya yang lain.


Andai terbuka kasyaf, penglihatan batin, mungkin keluarga/pelayat dapat merasakan tangis haru langit dan bumi atas mangkatnya orang shaleh.

Dan itu berenonansi pada dirinya.

Ikut menangis.

Mayit, in syaa Alloh tidak disiksa karena ini.


Maut, sesungguhnya saat yang membahagiakan.

Karena telah berhentinya bagi si mayit untuk melakukan kejahatan.

(Gus Baha)


Maut, juga saat membahagiakan.

Sudah selesai - istirahat - dari masalah duniawi.

(Suatu hadits syarif).

Jadi, andai pun harus menangis saat ada keluarga wafat, seharusnya tangis bahagia, karena bahagianya si mayit.


Wa lLoohu a'lam

Bandung, 16 Syawal 1442H

alfaqir